“CONCUSSION”, TEMUAN DOKTER YANG MENGGUNCANG AMERICAN FOOTBALL
(Amartya Kejora)
Pada hari Selasa, 24 September 2002, Mike Webster, pahlawan American Football klub Pittsburgh Steelers meninggal dunia. Pria berjuluk ‘Iron Mike’ berkarir profesional sebagai atlet dengan pengalaman 18 tahun di Super Bowl 17 musim dan 4 kemenangan. Kematiannya pada umur 50 tahun diakibatkan oleh serangan jantung. Pada hari-hari sebelum kematiannya, Mike bukan lagi sang juara yang pernah dikenal oleh penggemar Steelers. Dia kehilangan uang, tempat tinggal, bahkan kemampuannya untuk berpikir dan mengingat kehidupannya.
Jasadnya tiba di kantor koroner daerah Allegheny dalam penanganan ahli patologi forensik, Bennet Omalu. Sang dokter mengidentifikasi bahwa Mike mengalami gangguan kesehatan mental yang menghancurkan kehidupannya. Hal ini terjadi karena penyakit yang diakibatkan dari permainan American Football. Penemuan Omalu inilah yang kelak mengubah dunia American Football.
Kisah Omalu kemudian diangkat ke dalam film Concussion (2015). Tokoh utamanya adalah ahli patologi saraf yang pertama kali menemukan penyakit chronic traumatic encephalopathy, atau CTE pada pemain football Liga Sepak Bola Nasional Amerika Serikat (NFL). Berdurasi 2 jam 3 menit, film mengikuti penelitian dan penemuan bahwa benturan kepala pemain menjadi pangkal kerusakan otak yang melemahkan setelah beberapa waktu.
Will Smith memerankan sosok Bennet Omalu, yang berhadapan dengan L. Dikisahkan NFL berusaha membusukkan reputasi dan terutama temuan penelitiannya. Riset mengklaim bahwa hantaman berulang pada permainan american football mengakibatkan akumulasi protein berbahaya bernama “Tau”. Protein “Tau” mampu membunuh sel-sel di bagian otak yang bertanggung jawab atas mood, emosi, dan juga fungsi eksekutif organ terpenting di tubuh manusia. Hal ini tentu sangat penting bagi perkembangan kesehatan dan keselamatan pemain american football. Olahraga yang berumur lebih dari 100 tahun dengan popularitas tinggi di Amerika Serikat. Dan bagi NFL, organisasi yang menyatukan permainan football profesional di negara Paman Sam sejak tahun 1920, hal tersebut bukan suatu hal yang menyenangkan untuk didengar. Ketika kebijakan dan aturan harus diubah, industri jutaan-dolar hiburan olahraga yang telah dibangun liga akan berubah.
Sikap ini terlihat dari bagaimana ilmuwan bayaran NFL dari komite Cedera Otak Traumatis Ringan membantah keras temuan CTE. Laporan tersebut dicetak dalam jurnal bergengsi Neurosurgery pada Juli 2005. Berbeda dengan Omalu, tak satu pun anggota komite merupakan ahli di bidang otak. Namun, mereka menuntut penerbit jurnal tersebut untuk menarik penelitian tersebut dari publikasi jurnal.
Tentu tidak semua adegan dalam cerita Hollywood mengandung seluruh informasi terkait kehidupan nyata yang mengilhaminya. Salah satunya, terkait penyakit chronic traumatic encephalopathy atau CTE yang menyebabkan kerusakan sel di otak, depresi, kehilangan ingatan dan perilaku yang pada saat itu digambarkan banyak orang dengan kata ‘gila’. Omalu merupakan ahli pertama yang menemukan penyakit ini di dalam pemain football. Namun fenomena pada otak atlet sudah dipelajari oleh ilmuwan sejak tahun 1928. Harrison Martland, seorang ahli patologi forensik, meneliti kondisi yang disebutnya “punch-drunk syndrome”. Fenomena tersebut pertama kali ditemukannya pada beberapa petinju yang mengalami trauma fisik ke bagian kepala secara berulang-ulang.
Ditemukan, bahwa pada petinju yang kurang mengandalkan kecepatan dan kelincahan dalam pertandingan akan lebih berisiko mengalami kontak pada kepala. Benturan ini menyebabkan pendarahan kecil pada bagian dalam otak dan menyebabkan risiko jangka panjang seperti vertigo dan kemerosotan mental. Gejala-gejala yang ditemukan pada para petinju diabaikan oleh dokter yang bertugas. Penelitian Martland menetapkan adanya hubungan antara benturan kepala pada atlet dan bahaya penyakit mental jangka panjang.
Sebelum meninggal, Mike Webster menuntut NFL untuk bantuan keuangan akibat cedera otak yang dialaminya dalam permainan. Didukung pemeriksaan lima dokter berbeda, pengacara Mike memohon bantuan disabilitas tingkat tertinggi. NFL diminta mengakui bahwa Mike menderita akibat gegar otak yang terus dialaminya di lapangan. NFL menolak permohonan itu. Hiburan dan keuntungan dianggap lebih penting dibanding keselamatan dan kesehatan dari pemain dan bekas pemain mereka.
Hingga kini, bahaya CTE masih menjadi tabu dalam pembahasan resiko benturan keras NFL. Namun, banyak ahli yang kesadarannya sudah lebih meningkat berkat Bennet Omalu. Pada tahun 2011, lebih dari 4500 bekas pemain NFL yang mengalami sakit jangka panjang akibat benturan kepala maju menggugat NFL. Liga dituntut telah menutupi resiko benturan kepala dan mendorong atlet untuk lanjut bermain setelah mengalami hantaman keras pada kepala. Di samping itu, perubahan pada aturan bermain dan standar alat pelindung dalam NFL sudah mulai dilakukan.
Peneliti masih berdebat dan melakukan riset pada CTE. Pertanyaan yang tak pernah hilang adalah mengenai pencegahan yang bisa dilakukan. Di samping itu kerusakan sulit dideteksi dan didiagnosis di luar autopsi orang yang sudah meninggal. Namun, perubahan akan terus dilakukan secara perlahan.
Sumber:
https://academic.oup.com/brain/article/141/1/318/4774567
https://www.washingtonpost.com/graphics/2020/sports/cte-bennet-omalu/
https://www.gq.com/story/nfl-players-brain-dementia-study-memory-concussions