SEJARAH KARATE DAN PERJALANANNYA MASUK KE INDONESIA

Dalam Gawang
4 min readMay 7, 2021

--

(Dinda Zavira Oktavia)

Seni bela diri yang bisa dipelajari oleh seluruh lapisan usia dan hanya bermodalkan tangan kosong, dikarenakan penggunaan senjata tidak bisa digunakan dimana saja dan kapan saja. Sehingga dibutuhkan keahlian untuk melindungi diri tanpa menggunakan senjata. Karena, penggunaan senjata dibatasi oleh aturan dan hukum yang berlaku.

Seni bela diri ini berasal dari Jepang dan memiliki sedikit pengaruh dari China yang dikenal dengan Karate.

Mengapa bisa dikatakan bahwa bela diri ini memiliki pengaruh dari China?

Begini ceritanya. Dikutip dari jurnal yang dibuat oleh Danardono memang di China banyak sekali tokoh beladiri pada zaman tersebut. Tahukah Anda bahwa ternyata gerakan beladiri yang diciptakan oleh para tokoh sudah disesuaikan dengan sifat dan kondisi lingkungan yang ada.

Terdapat dua aliran pada umumnya yaitu aliran utara dan selatan. Aliran utara berkembang pada wilayah China utara bagian hulu sungai Yang Tse di daerah pegunungan. Aliran ini menekankan pada gerakan yang lincah dan penggunaan teknik tendangan. Karena, daerah ini merupakan daerah pegunungan yang identik dengan banyaknya kegiatan perburuan binatang dan menebang kayu.

Kemudian ada aliran selatan yang berkembang di wilayah hilir sungai Yang Tse beriklim sedang. Aliran ini menekankan pada gaya yang lentur dan menggunakan teknik tangan serta kepala. Karena, daerah ini merupakan daerah yang banyak aliran sungai dengan kegiatan bercocok tanam atau petani.

Ketika ada penindasan di China pada masa peralihan dinasti Ming ke Dinasti Ching, maka sejumlah ahli bela diri China kabur ke pulau Okinawa yang pada kala itu sedang dijajah. Kemudian secara diam-diam penduduk Okinawa diajarkan bela diri oleh ahli bela diri yang berasal dari China. Hal tersebut terjadi karena ada peraturan baru bahwa penduduk Okinawa tidak diperbolehkan untuk menggunakan senjata jenis apapun untuk. Bela diri terhebat dikenal dengan nama bela diri tote.

Dengan seiring berjalannya waktu, pulau Okinawa akhirnya menjadi bagian dari Negara Jepang. Bela diri yang diajarkan oleh China akhirnya terus berkembang di Jepang, tentunya ada beberapa perubahan pergerakan dan diberikan nama Okinawa-te. Gichin Funakoshi salah satu guru besar Okinawa-te mengubah nama tote menjadi karate. Alasan diubahnya tote menjadi karate agar lebih mudah untuk diterima oleh masyarakat. Ternyata makna karate sendiri adalah tangan kosong.

Setelah itu muncullah World Karate Federation (WKF) yang dibentuk pada tanggal 10 oktober 1970, yang dibentuk untuk mengatasi dan mengatur semua permasalahan yang berkaitan dengan olahraga karate di dunia. Karate sendiri terbagi menjadi 4 aliran utama yaitu Shotokan, Goju-Ryu, Shito-Ryu, dan Wado-Ryu yang dianggap sebagai gaya utama dan diakui oleh Japan Karatedo Federation (JKF) dan World Karatedo Federation (WKF).

Selain aliran utama yang ada gaya dan aliran lain yang eksis dalam karate yaitu Kyokushin , Shorin-ryu dan Uechi-ryu. Uniknya setiap gaya dan aliran yang ada ternyata memiliki dua fungsi dan tujuan yang berbeda. Aliran tradisional berfokus pada bela diri, sedangkan aliran olahraga fokus pada teknik-teknik yang akan digunakan dalam pertandingan olahraga.

Lalu bagaimana masyarakat Indonesia bisa mengenal seni bela diri karate, padahal seni bela diri tersebut berada di Okinawa, Jepang. Dilansir dari Seputar Pengetahuan ternyata, ada mahasiswa Indonesia yang menyelesaikan studinya di Jepang pada saat itu. Sehingga mereka memperkenalkan seni bela diri karate di Jakarta. Mahasiswa tersebut bernama Baud Adikusumo, Muchtar dan Karyanto, dan mereka merupakan pendiri dojo pertama pada tahun 1963.

Dojo sendiri merupakan bahasa jepang dan salah satu aliran karate Shotokan. Do yang memiliki makna jalan, dan Jo yang berarti tempat. Sehingga Dojo merupakan tempat latihan, bertanding, atau berkompetisi. Uniknya ketika memasuki Dojo seorang karatedo harus meninggalkan alas kaki di luar.

Dojo tempat berlatih karate (sumber: wikipedia)

Kemudian karate semakin dikenal oleh masyarakat karena ada mahasiswa lain yang menempuh pendidikan di Jepang dan turut mengembangkan seni bela diri ini di Indonesia. Mahasiswa tersebut bernama Anton di Lesiangi, Setyo Haryono, Sabeth Muchsin, Chairul Taman, dan Marcus Basuki. Hingga pada tahun selanjutnya muncullah Persatuan Olahraga Karate Indonesia (PORKI), yang memang sengaja dibuat sebagai wadah perkumpulan karate di Indonesia oleh inisiatif mereka.

Faktanya tidak hanya mahasiswa yang memperkenalkan bela diri karate di Indonesia, ternyata ada juga campur tangan ahli karate yang berasal dari Jepang. Ahli karate dari Jepang tersebut adalah Matsuzaki Kushinryu, Nakayama Shotokan, Masutatsu Oyama, Oishi Shotokan, Ishibashi Goju Ryu, dan Hayasi Shitoryu.

Pertumbuhan seni bela diri karate sangat pesat, dikarenakan antusiasme masyarakat Indonesia sangat lah besar terhadap karate hingga muncul banyak sekali organisasi karate di Indonesia. Kemudian, pada saat yang sama timbul konflik pada PORKI karena ada perbedaan pendapat dan ketidak cocokan diantara para tokoh karate.

Tentunya karena ada konflik pada akhirnya PORKI mengalami perpecahan. Namun, berkat itikad baik para pegiat karate untuk tetap menyatukan seni bela diri karate maka terbentuk Federasi Olahraga Karate Indonesia sebagai wadah organisasi yang dinamakan FORKI yang dibentuk pada tahun 1972.

logo Forki (Sumber: cerdika.com)

Pada saat ini FORKI yang menjadi acuan bagi seluruh perguruan karate di Indonesia. Lambang FORKI berupa segi 5 dengan garis dasar yang membentuk sudut melambangkan olahraga karate yang dibina oleh FORKI. Berdiri atas dasar semangat revolusi 17 Agustus 1945 dengan berasaskan Pancasila serta sumpah karate. Hingga karate semakin dikenal masyarakat Indonesia dan banyak pendiri perguruan karate di Indonesia.

Dilansir dari Yuksinau.id bahwa tujuh buah lingkaran dalam logo FORKI melambangkan keolahragaan karate serta Sapta Prasetia dari Forki. Kemudian huruf K menggambarkan seorang karateka yang sedang siap sedia. Warna kuning melambangkan keagungan, warna hitam melambangkan keteguhan tekad. Warna merah yang melambangkan keberanian dan warna putih yang melambangkan kesucian.

Ref:

https://www.seputarpengetahuan.co.id/2020/05/karate.html

https://www.yuksinau.id/karate/#Teknik_Karate

https://www.indosport.com/karate/20151113/6-fakta-menarik-seputar-karate

Jurnal:

http://staffnew.uny.ac.id/upload/132300166/pendidikan/Sejarah,+Etika+dan+Filosofi+Karate.pdf

Jurnal Danardono (Sejarah, Etika dan Filosofi Seni Beladiri Karate)

--

--

Dalam Gawang
Dalam Gawang

Written by Dalam Gawang

Kumpulan artikell feature olahraga @ysdaya dan mahasiswa kelas Sport Journalism